Rabu, 31 Mei 2017

Proses Pembuatan Gula Cetak

Setelah sebelumnya membahas tentang teknik penyadapan nira aren, berikut akan di paparkan tentang proses pembuatan gula Aren.
Peralatan yang diperlukan dalam pembuatan gula kawung/aren, yaitu tungku/hawu, ijuk untuk penyaring, wajan besar, pengaduk kayu, pangaclèk, cetakan gula (ganduan), tampah (èbèg). Ganduan terbuat dari potongan bambu jenis awi tali sepanjang 3-4 cm dengan diameter 5-8 cm. Bahan-bahan yang digunakan adalah nira aren, minyak tanah, kayu bakar/suluh, raru, tali bambu dan daun kelapa kering (baralak) untuk pembungkus gula aren. Raru biasanya dari daun togog, daun jambu, daun manggis, atau pucuk awi tali.
  • Ngagolakkeun lahang
Nira (lahang) yang diambil pada pagi hari langsung digolakkeun/digodog dalam wajan untuk dijadikan gula. Nira yang diambil pada sore hari, biasanya hanya digodog setengah matang/tidak sampai mengental yaitu hanya sampai mendidih kemudian dimasak keesokan harinya dicampur dengan nira yang diambil pada pagi hari. Nira yang terdapat dalam lodong dituang sambil disaring dengan ijuk yang halus, kemudian ditampung dalam wajan di atas hawu. Penggodogan dilakukan selama kurang lebih 3-4 jam, tergantung banyaknya nira. Saat nira mulai mendidih, di permukaannya akan terdapat buih. Buih ini sebaiknya dibuang dengan menggunakan alat penciduk agar diperoleh gula yang tidak berwarna gelap (hitam), kering dan tahan lama (Irawan et al, 2009).
  • Ngaduga
Pada saat cairan gula mulai mengental, dilakukan proses ngaduga, yaitu cara memeriksa ketepatan kekentalan gula, dengan cara meneteskan cairan gula ke dalam air dingin, bila cairan gula sudah tidak terasa lengket maka cairan gula tersebut telah mengental. Setelah cairan gula mengental, wajan diturunkan dari hawu supaya gula tidak hangus, kemudian diguis atau diaduk terus menerus sampai cairan gula benar-benar kental atau kolot. Apabila cairan gula saat diangkat masih berupa serat-serat (ramatan) berarti cairan gula tersebut belum matang (Irawan et al, 2009).
  • Dititis
Selanjutnya cairan gula yang sudah matang dititis/dituang ke dalam cetakan gula dengan menggunakan pangaclèk. Sebelum digunakan, cetakan gula dicelupkan ke dalam air dingin terlebih dahulu, untuk membantu pendinginan dan memudahkan saat mengeluarkan gula dari cetakan. Biasanya cairan gula yang matang dapat mengeras menjadi gula selama kurang lebih 10-15 menit (Irawan et al, 2009).
  • Dibungkus
Setelah cairan gula mengeras menjadi gula, lalu gula dibungkus dengan menggunakan 2 lembar daun kelapa kering dan diikat dengan tali bambu. Setiap bungkus berisi 10 buah/gandu gula aren. Dalam sehari para petani dapat membuat 8-14 bungkus gula aren (Irawan et al, 2009).
  • Pengawetan Nira
Kerusakan nira yang menyebabkan nira menjadi asam, berbuih putih dan berlendir akan menghasilkan gula berwarna cokelat kehitaman, lembek atau lunak sampai tidak dapat dicetak. Kerusakan nira dapat disebabkan akibat pisau sadap dan wadah/lodong yang kurang bersih. Untuk mengatasinya pisau sadap dan lodong harus dijaga kebersihannya. Menurut Kusumah (1992) dalam Irawan et al (2009) pisau sadap sebaiknya dibersihkan dengan air bersih dan dibilas dengan air panas, kemudian dikeringkan baru disimpan. Petani aren di Desa Rancakalong biasanya mengasapi lodong yang sudah digunakan untuk menyadap dengan memasukkan sebatang kayu/suluh yang sudah dibakar ke dalam lodong. Hal tersebut selaras dengan pernyataan Kusumah (1992) dalam Irawan et al (2009), bahwa lodong harus dibilas beberapa kali dengan air dingin dan air panas lalu diasapi untuk mempercepat proses pengeringan. Untuk mencegah kerusakan nira, petani aren di Desa Rancakalong menambahkan bahan pengawet alami ke dalam lodong sebelum digunakan. Bahan pengawet ini disebut dengan raru yang artinya obat. Raru/bahan pengawet yang umum digunakan oleh petani aren di Desa Rancakalong adalah pucuk/daun muda togog (Lea sp.), manggis (Garcinia mangostana L.), jambu air (Syzigium aquea Burm.f.), awi tali (Gigantochloa apus (J.A & J.H. Schultes) Kurz.). Raru yang berasal dari tumbuhan digunakan dengan cara menggelang atau meremas-remas 2-3 lembar daunnya dengan tangan, kemudian dimasukkan ke dalam lodong. Sedangkan raru yang berasal dari sabun batangan, digunakan dengan cara memasukkan sedikit bubuk sabun batangan ke dalam lodong. Bahan pengawet alami atau raru yang digunakan oleh petani aren di Desa Rancakalong diduga mengandung komponen tannin yang aktif sebagai bahan antimikrobial. Menurut Maynard (1970) dalam Irawan et al (2009), sifat-sifat tannin yang penting sebagai bahan pengawet adalah bersifat fungisida dan menghambat adsorpsi permukaan oleh khamir.
Dikutip dari sumber: http://chyrun.com/pengolahanpembuatan-gula-aren/

Cara Menyadap Nira Aren

Cara Penyadapan/ pengambilan Nira Aren Dan Kelapa – Chyrun Blog kali ini akan mencoba membuat artikel tentang pohon aren. Berdasarkan hasil wawancara,  yang dilakukan oleh para penyadap di Desa Rancakalong.
  1. Penyadapan dilakukan dua kali dalam sehari, yaitu pada pukul 05.30 sampai 06.30 pagi dan pukul 16.00 sampai 17.00 pada sore hari. Penyadapan yang dilakukan pagi hari diambil sore harinya sambil memasang lodong baru untuk diambil keesokan harinya.
  2. Apabila bunga jantan terlihat mekar, tandan bunga jantannya dipotong (dipagas) tepat pada ruas paling ujung.
  3. Jika pada tandan bunga jantan yang telah dipagas, niranya terus menetes sampai keesokan harinya, berarti nira sudah siap untuk disadap.
  4. Selanjutnya tandan bunga jantan dibersihkan dari buih dan disayat 1-2 mm setiap hari untuk memperlancar keluarnya nira.
  5. Kemudian ujung tandan bekas pemotongan dibungkus dengan daun waluh gedè (Cucurbita pepo) atau ijuk (Arenga pinnata (Wurmb.) Merr.), jika nira yang keluar keesokan harinya semakin banyak, maka pembungkusnya sudah bisa dilepas dan diganti dengan lodong yang diikatkan pada tandan daun.
  6. Sebelum mengganti dengan lodong, buih-buih yang terdapat disekitar tandan yang telah dipotong dibersihkan kembali.
  7. Agar diperoleh nira yang baik, lodong yang akan dipakai sebaiknya dicuci terlebih dahulu dengan air yang mengalir, kemudian diasapi dengan menggunakan bara api dari suluh sampai lodong terasa panas dan kering. Proses tersebut dikenal dengan istilah digorok.
  8. Selanjutnya dimasukkan raru, biasanya berasal dari daun-daunan, seperti daun togog (famili Moraceae), daun jambu air (Syzigium aquea Burn.f.), daun manggis (Garcinia mangostana L.) dan pucuk awi tali (Gigantochloa apus (J.A & J.H. Schultes) Kurz.). Adapun raru yang berasal dari bahan sintetis juga, seperti sabun batangan. Raru diartikan sebagai obat atau bahan pengawet untuk mencegah agar nira tidak menjadi asam.Untuk mencegah masuknya kotoran seperti debu dan semut, biasanya celah di antara tangkai bunga aren dan mulut lodong disumbat dengan ijuk. Untuk mencegah masuknya air hujan, di atas mulut lodong diberi atap dari kakaban ijuk atau karung (Irawan et al, 2009).
Proses Pengambilan Nira Kelapa 
  • Pohon baru bisa disadap bila telah menghasilkan 3 tandan bunga yang baru membuka dan tandan yang termuda sudah mencapai 20 cm panjangnya.
  • Pada kelapa Kampung atau kelapato dalam umumnya sekitar umur 8 Tahun dan 4 tahun untuk kelapa hybrida.
  • Mahkota pohon perlu dibersihkan dari semua kotoran begitu pula alat-alat yang akan digunakan harus dalam keadaan bersih.
  • Nira diperoleh dari tandan yang seludangnya belum mekar yang cocok biasaya apabila tandan bunga yang muncul terakhir berukuran 15-20cm maka pilihlah mayang yang ketiga dari terakhir.

Ada Dua cara untuk menyadap tangkai bunga kelapa ini

  1. Tangkai bunganya  dibersihkan dari kulitnya kemudian dikat dengan janur yang masih muda diamkan selama 2-3 hari,setelah 3hari mayang tersebut di rundukkan parlahan-lahan hingga membentuk sudut 60° dengan garis vertikal dan diikat agar tetap pada posisi.kemudian mayangnya dipotong dengan pisau/arit deres yang tajam.
  2. Tangngkai bunga dengan kulitnya yang terpilih dililit menggunakan rafia,dengan cara ini mayang kelapa bisa langsung di bekuk/diikat tapi sedikit sedikit agar batang mayang tidak patah,setelah 2 hari baru diiris.dengan cara ini penyadapan akan lebih mudah karena mayang tetap muda dan mayang lebih lama waktu sadapnya.
  • Mayang dipotong ujungnya ± 10 cm dengan pisau tajam.
  • Kira-kira seminggu kemudian niranya sudah akan keluar.satu pohon kelapa normalnya menghasilkan 3-10 liter nira.
  • Agar niranya tidak asam, kotorannya mengendap dan qulanya nanti berwarna kuning muda kedalam wadahnya perlu diberi 1 sendok. Makan kapur sirih atau larutan Na-bisulfit secukupnya (1 sendok Nabisulfit dalam 2 liter air). atau sodium methabishulfit 1gr/liter .warna gula dapat ditentukan dengan pekat/tidaknya larutan ini.
  • Penyadapan dilakukan pagi sebelum pukul 08.00 dan sore setelah pukul 16.00.
  • Sebelum bumbung/wadah dipasang kembali guna penderesan berikutnya, mayang dipotong sedikit dengan sekali sentuhan agar bisa melancarkan keluarnya nira.
  • Setiap mayang dapat diambil niranya selama ± 40 hari, pagi dan sore hari.
  • Nira yang baik bercirikan masih segar, rasa manis, harum, tidak berwarna dan derajat keasaman (pH)nya antara 6,0 – 7,0.
  • Nira yang jelek pHnya >6,0 dan bila digunakan, mutu gulanya akan jelek.
DISADUR DARI :

Irawan, B., Rahmayani Eka dan Johan Iskandar. 2009. Studi Variasi, Pemanfaatan, Pengolahan dan Pengelolaan Aren di Desa Rancakalong, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Jurusan Biologi FMIPA Unpad. Jatinangor.
Lempang, Mody. 2007. Ragam Kegunaan Fisik dan Produksi Aren. Makalah pada Ekspose Hasil Penelitian: Litbang Kehutanan untuk Mendukung Pembangunan Kehutanan Regional. Makassar, 12-13 November 2007. Makassar.
Nasution, Zainal Abidin. 2009. Kajian Pengembangan Komoditi Gula Aren untuk Pemberdayaan Industri Rumah Tangga dan Industri Kecil (IRTIK) di Kabupaten Mandiling Natal. Media Litbang Provinsi Sumatera Utara. Sumatera Utara.

Aneka Macam Jenis Gula

Gula adalah pemanis yang sangat sering kita gunakan dalam setiap kegiatan di rumah, banyak sekali kegunaan dari gula, mulai dari memaniskan minuman, memasak,membuat kue, sampai untuk membuat hidangan lebih gurih kita juga menggunakan gula. Ada beragam jenis gula yang biasa kita gunakan, apa sajakah gula yang biasa kita gunakan.

1. Gula Pasir 

Gula pasir di benua Asia banyak terbuat dari tebu, namun di Eropa bayak terbuat dari bit. Butiran dari gula pasir ada yang halus dan ada yang kasar. Warnanya pun ada yang putih terang dan ada yang sedikit kecoklatan.

Kegunaannya : Butiran yang lembut dan putih, biasa disebut gula kastor biasa digunakan sebagai bahan pembuat kue, karena gula ini mudah larut dan bercampur dengan bahan lainnya. Sedangkan yang berwarna agak kecoklatan banyak digunakan sebagai pemanis di teh, kopi ataupun pemanis lainnya.

2. Gula Pasir Kasar (Crystalized Sugar) 

Adalah gula yang juga dari hasil kristalisasi cairan tebu. Berbeda dengan gula pasir, gula ini memiliki batir yang lebih kasar. Warnanya juga ada yang berwarna-warni.

Kegunaannya : Biasanya gula jenis ini digunakan untuk taburan pada biskuit sebelum dipanggang karena gula ini tidak meleleh dalam suhu oven.

3. Gula Kastor (Caster Sugar)

Gula kastor memiliki bentuk yang lebih halus daripada gula pasir. Gula kastor memiliki warna putih bersih. Gula kastor bisa dibuat dengan memasukkan gula pasir ke kantong plastik lalu memukul-mukulnya hingga hancur. Hasil ayakannya dapat menggantikan gula kastor.

Kegunaannya : Karena sifatnya yang mudah bercampur, maka gula kastor sering digunakan sebagai bahan campuran untuk pemanis dalam adonan kue, cookies, pastry, dll

4.Gula Bubuk (Icing Sugar, Confection Sugar)

Gula incing atau disebut juga dengan tepung gula adalah gula yang telah mengalami penghalusan sehingga berbentuk bubuk gula. Ada beberapa jenis gula bubuk yang mengandung pati jagung sehingga tidak menggumpal.

Kegunaannya : Karena sifatnya yang halus, gula icing baik digunakan untuk membuat krim untuk cake, taburan untuk cake, atau taburan untuk kue kering.

5. Gula Donat 

Sesuai namanya, gula donat adalah gula yang digunakan untuk bahan taburan donat. Tekstur gula ini halus seperti gula tepung. Namun, yang membedakannya dari gula tepung adalah gula donat memiliki rasa dingin jika telah masuk ke dalam mulut kita.

Kegunaannya : Selain untuk donat, telah mulai banyak pengusaha kue putri salju yang menggunakan gula donat untuk taburannya.

6. Gula Dadu 

Sesuai dengan namanya, gula dadu memiliki bentuk seperti dadu. Gula dadu biasanya memiliki kualitas tinggi.

Kegunaannya : Gula ini lazim digunakan sebagai pemanis dalam minuman teh atau kopi.

7. Brown Sugar

Gula jenis ini adalah jenis gula yang dalam proses pembuatannya dibubuhi molase. Warnanya kecoklatan seperti gula palem, memiliki wangi caramel, dan rasanya legit. Rasa brown sugar tidak semanas gula pasir.

Kegunaannya : biasanya digunakan dalam pembuatan cookies sehingga membuat cookies lebih moist daripada bila menggunakan gula pasir sebagai pemanisnya.

8. Gula Palem (Palm Sugar)

Gula palem juga disebut gula semut. Gula ini berasal dari nira atau sari batang tumbuhan keluarga palem-paleman. Memiliki bentu seperti gula pasir, berwarna coklat, dan memiliki harum yang khas.

Kegunaannya : Biasanya gula palem digunakan untuk membuat Ontbijkoek, fruti cake, atau campuran cookies seperti pada pitmopen.

9. Gula Jawa (Gula Merah)

Sama seperti gula palem, gula jawa juga berasal dari nira atau sari batang pohon jenis palem. Bentuknya biasanya silinder atau menyerupai batok kelapa.

Kegunaannya : Penggunaan gula jawa biasanya dalam pembuatan kecap.

10. Gula Aren

Bahan bakunya sama seperti gula jawa. Hanya saja gula aren memiliki harem yang lebih khas, dan warna yang lebih coklat daripada gula jawa.

Kegunaannya : Penggunaan gula aren sama dengan gula jawa biasanya dalam pembuatan kecap.

11. Gula Batu

Gula Batu berbentuk bongkahan seperti batu. Rasanya tidak semanis gula pasir, namun lebih legit.

Kegunaannya : biasanya digunakan untuk minuman. Takarannya 1 sdt gula pasir = 2 sdt gula batu. Untuk memudahkan penggunaannya gula batu harus dihancurkan lebih dahulu.

12. Gula Jagung 

Di dalam dunia perdagangan dikenal dengan nama Corn Syrup, yang diolah dengan merebus starch (pati) jagung dengan air sehingga kemudian berubah menjadi gelatin (kental seperti agar-agar).

Kegunaannya : bahan penambah rasa untuk biskut, cake atau pencuci mulut.

13. Gula Jelly

Adalah larutan gula yang warnanya kuning dan kental sehingga menyerupai jelly.

Kegunaannya : Gula jelly biasanya dicampurkan ke dalam adonan buttercream.

Investasi Komoditi Aren

Menghitung Modal Investasi yang paling murah untuk Swasembaga Gula Nasional
(Investasi dengan komoditi Aren jauh lebih murah dibandingkan Tebu)

Oleh : Ir. H. Dian Kusumanto

Awal tahun 2014 yang lalu saya membaca di Metronews pernyataan Menteri Pertanian Dr. Suswono bahwa target swasembada Gula pada tahun 2014 sebesar 5,7 juta ton tidak akan tercapai. Sejak awal swasembada gula dicanangkan pada tahun 2009 yang lalu, penulis merasa ini adalah hal yang mustahil.  Kalau bahasanya Asmuni dari grup lawak Srimulat adalah “hil yang mustahal”.  Ternyata demikian kenyataannya kita hanya mampu menghasilkan 2,5 juta ton pada tahun 2013 ini, masih sangat jauh.

Banyak alasan dan sebab-sebab yang disampaikan oleh para pejabat yang terkait dengan swasembada gula ini sehingga target swasembada ini tidak tercapai.  Sebabnya sebagai berikut :
1.    Lintas Kementerian tidak sinergis.
2.    Kementerian Pertanian perannya hanya 20 %.
3.    Target 20-25 PG baru tidak tercapai, hanya 1 PG baru saja. Kementerian Perindusterian juga tidak ada gregetnya.
4.    Investasi PG baru macet karena tidak tersedia anggaran dan swasta dan BUMN tidak siap atau tidak berminat.
5.    Lahan yang diperlukan 300-350 ribu hektar, yang tersedia 195 ribu hektar yang dibebaskan Kementerian Kehutanan. Tetapi tidak ada yang mengajukan HGU, karena masyarakat minta uang pembebasan. BPN baru proses kalau clean & clear. Hanya 40% dari 195 ribu hektar yang bisa digunakan untuk perkebunan Tebu.
6.    Asumsi awal 300 ribu ha sudah dimulai sejak 2010.
7.    Dan lain-lain.

Pada tulisan ini penulis mencoba membuat proyeksi dengan angka target swasembada gula nasional kita sebesar 5,7 ton gula per tahun.  Ada 2 pilihan komoditi yang diperbandingkan, yaitu komoditi lama tanaman Tebu (Saccharrum officinarum) dan komoditi harapan baru yaitu Aren (Arenga pinnata).  Penulis sengaja menyampaikan wacana ini agar bangsa Indonesia yang dianugerahi aneka tanaman penghasil gula ini tidak hanya terpaku pada satu komoditi saja.  Sebenarnya di Indonesia yang kaya raya akan plasma nutfah ini terdapat banyak jenis tanaman asli yang bisa diolah menjadi gula.  Dari keluarga palma seperti Kelapa, Siwalan, Nipah dan Aren.  Dari keluarga ubi-ubian ada Singkong, Ubi Jalar dan Bit Gula.  Dari keluarga Serealia selain Tebu ada juga Jagung, Sorgum dan lain-lain.  Namun penulis akan menyandingkan 2 komoditi saja yaitu Tebu yang selama ini digunakan dan tanaman Aren yang diharapkan sebagai alternatif masa depan.

Target swasembada dengan memproduksi gula sebanyak 5,7 juta ton setiap tahunnya, tentu memerlukan lahan kebun untuk menghasilkan bahan baku dan juga pabrik untuk mengolah bahan baku menjadi gula.  Ternyata investasi akan lebih murah jika untuk mencapai target swasembada gula nasional memilih komoditi Aren.   

Dengan menggunakan asumsi-asumsi sebagai berikut :
1.    Untuk Tebu : produktivitas 6 ton/ha/tahun, dengan investasi lahan kebun Rp 100 juta/hektar, kapasitas pabrik 5.000 tcd, rendemen 8% dan harga pabrik gula Tebu Rp 1,2 trilyun/unit.
2.    Untuk Aren : produktivitas 50 ton/ha/tahun, dengan investasi lahan kebun Rp 50 juta/hektar, kapasitas pabrik 5.000 tcd, rendemen 14 % dan harga pabrik gula berbahan nira Aren Rp 200 milyar/unit.

Maka untuk mencapai target swasembada gula nasional sebanyak 5,7 juta ton GKP per tahun jumlah investasi seluruhnya baik untuk untuk kebun dan pabrik, sebagai berikut :
1.    Jika berbasis komoditi Tebu, investasi sebesar Rp  180,5 trilyun (kebun Tebu Rp 95 trilyun dan pabrik gula Tebu sebesar Rp 85,5 trilyun)
2.    Jika berbasis komoditi  Aren, investasi sebesar Rp 9,093 trilyun (kebun Aren Rp 5,7 trilyun dan pabrik gula Aren senilai Rp 3,393 trilyun)
Dengan demikian dengan memilih Aren sebagai komoditi dasar (base commodity) untuk mencapai swasembada nasional  maka nilai investasi jauh lebih murah jika dibandingkan komoditi Tebu.  Hitungan dan proyeksi lebih lengkap disajikan sebagaimana tabel berikut.

Tabel 1.  Proyeksi nilai investasi kebun untuk memenuhi target nasional swasembada gula berdasarkan produktivitas dan luas areal kebun antara Tebu dan Aren

Tabel 2.  Proyeksi nilai investasi pabrik gula untuk memenuhi target nasional swasembada gula berdasarkan kapasitas pabrik dan rendemen antara Tebu dan Aren

Selasa, 30 Mei 2017

Budidaya Pohon Aren

Budidaya Aren

AREN

I. Pendahuluan



Masyarakat pada umumnya, sudah sejak lama mengenal pohon aren sebagai pohon yanh dapat menghasilkan bahan-bahan untuk industri kerajinan. Hamper semua bagian atau produk tanaman ini dapat dimanfaatkan dan memiliki nilai ekonomi. Akan tetapi, tanaman ini kurang mendapat perhatian untuk dikembangkan atau dibudidayakan secara sungguh-sungguh oleh berbagai pihak.

Selama ini pemenuhan akan permintaan bahan baku industri yang berasal dari bagian-bagian pohon aren, masih dilayani dengan mengendalikan tanaman aren yang tumbuh liar (tidak ditanam orang). Bagian-bagian fisik pohon aren yang dimanfaatkan, misalnya akar ( untuk obat tradisional), batang (untuk berbagai peralatan), Ijuk (untuk kerpeluan bangunan), daun (kususnya daun muda untuk pembungkus dan merokok). Demikian pula hasil produksinya seperti buah dan nira dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan dan minuman.

Permintaan produk-produk yang dihasilkan dari tanaman ini akan selalu meningkat sejalan dengan perkembangan pembangunan yang ada. Oleh karena itu penanaman atau pembudidayaan tanaman aren mempunyai harapan atau prospek yang baik dimasa datang.

Saat ini telah tercatat ada empat jenis pohon yang termasuk kelompok aren yaitu : Arenge pinata (Wurmb) Merr, Arenge undulatitolia Bree, Arenge westerhoutii Grift dan Arenge ambcang Becc. Diantaranya keempat jenis tersebut yang sudah dikenal manfaatnya adalah arenge piñata, yang dikenal sehari-hari dengan nama aren atau enau.

Usaha pengembangan atau pembudidayaan tanaman aren di Indonesia sangat memungkinkan. Disamping masih luasnya lahan-lahan tidak produktif, juga dapat memenuhi kebutuhan konsumsi di dalam negeri atas produk-produk yang berasal dari tanaman aren, sekaligus meningkatkan pendapatan petani dari usaha tani tanaman aren dan dapat pula ikut melestarikan sumber daya alam serta lingkungan hidup.

II Mengenal Aren

A. Bentuk Pohon, Bunga dan Buah

Aren termasuk suku Aracaceae (pinang-pinangan). BAtangnya tidak berduri, tidak bercabang, tinggi dapat mencapai 25 meter dan diameter pohon dapat mencapai 65 cm.



Tanaman ini hamper mirip dengan pohon kelapa. Perbedaannya,, jika pohon kelapa batang pohonnya bersih (pelepah daun yang tua mudah lepas), maka batang pohon aren ini sangat kotor karena batangnya terbalut oleh ijuk sehingga pelepah daun yang sudah tua sulit diambil atau lepas dari batangnya. Oleh karena itulah, batang pohon aren sering ditumbuhi oleh banyak tanaman jenis paku-pakuan.

Tangkai daun aren panjangnya dapat mencapai 1,5 meter, helaian daun panjangnya dapat mencapai 1.45 meter, lebar 7 cm dan bagian bawah daun ada lapisan lilin.

B. Penyebaran dan Syarat Tumbuh

Wilayah penyebaran aren terletak antara garis lintang 20º LU – 11ºLS yaitu meliputi : India, Srilangka, Banglades, Burma, Thailand, Laos, Malaysia, Indonesia, Vietnam, Hawai, Philipina, Guam dan berbagai pulau disekitar pasifik. (Burkil, 1935); Miller, 1964; Pratiwi (1989).



Di Indonesia tanaman aren banyak terdapat dan tersebar hamper diseluruh wilayah Nusantara, khususnya di daerah perbukitan dan lembah.

Tanaman aren sesungguhnya tidak membutuhkan kondisi tanah yang khusus (Hatta-Sunanto, 1982) sehingga dapat tumbuh pada tanah-tanah liat, berlumur dan berpasir, tetapi aren tidak tahan pada tanah yang kadar asamnya tinggi (pH tanah terlalu asam). Aren dapat tumbuh pada ketinggian 9 – 1.400 meter di atas permukaan laut. Namun yang paling baik pertumbuhannya pada ketinggian 500 – 800 meter di atas permukaan laut dengan curah hujan lebih dari 1.200 mm setahun atau pada iklim sedang dan basah menurut Schmidt dan Ferguson.

C. Nama-nama Daerah

Aren (Arrenge pinnata) mempunyai banyak nama daerah seperti : bakjuk/bakjok (Aceh), pola/paula (Karo), bagot (Toba), agaton/bargat (Mandailing), anau/neluluk/nanggong (Jawa), aren/kawung (Sunda), hanau (dayak,Kalimantan), Onau (Toraja, Sulawesi), mana/nawa-nawa (Ambon, Maluku).



D. Kegunaan Pohon Aren.

Pohon aren dapat dimanfaatkan, baik berfungsi sebagai konservasi, maupun fungsi produksi yang menghasilkan berbagai komoditi yang mempunyai nilai ekonomi.



a. Fungsi Konservasi

Pohon aren dengan perakaran yang dangkal dan melebar akan sangat bermanfaat untuk mencegah terjadinya erosi tanah. Demikian pula dengan daun yang cukup lebat dan batang yang tertutup dengan lapisan ijuk, akan sangat efektif untuk menahan turunnya air hujan yang langsung kepermukaan tanah. Disamping itu pohon aren yang dapat tumbuh baik pada tebing-tebing, akan sangat baik sebagai pohon p[encegah erosi longsor.

b. Fungsi Produksi

Fungsi produksi dari pohon aren dapat diperoleh miulai dari akar, batang, daun, bunga dan buah. Di Jawa akar aren digunakan untuk berbagai Obat Tradisional (Heyne, 1927; Dongen, 1913 dalam Burkil 1935). Akar segar dapat menghasilkan arak yang dapat digunakan sebagai obat sembelit, obat disentri dan obat penyakit paru-paru.

Batang yang keras digunakan sebagai bahan pembuat alat-alat rumah tangga dan ada pula yang digunakan sebagai bahan bangunan. Batang bagian dalam dapat menghasilkan sagu sebagai sumber karbohidrat yang dipakai sebagai bahan baku dalam pembuatan roti, soun, mie dan campuran pembuatan lem (Miller, 1964). Sedangkan ujung batang yang masih muda (umbut) yang rasanya manis dapat digunakan sebagai sayur mayor (Burkil, 1935).

Daun muda, tulang daun dan pelapah daunnya, juga dapat dimanfaatkan untuk pembungkus rokok, sapu lidi dan tutup botol sebagai pengganti gabus. Tangkai bunga bila dipotong akan menghasilkan cairan berupa nira yang mengandung zat gula dan dapat diolah menjadi gula aren atau tuak (Steenis et.al., 1975). Buahnya dapat diolah menjadi bahan makanan seperti kolang-kaling yang banyak digunakan untuk campuran es. Kolak atau dapat juga dibuat manisan kolang-kaling.

III. Penanaman Aren

A. Pengumpulan dan Pemilihan Biji.

Tanaman aren dapat diperbanyak secara generatif (dengan biji). Dengan cara ini akan diperoleh bibit tanaman dalam jumlah besar, sehingga dapat dengan mudah mengembangkan (membudidayakan) tanaman aren secara besar-besaran.



Langkah yang perlu dilakukan dalam pengumpulan dan pemilihan biji adalah sebagai berikut :

Pengumpulan buah aren yang memenuhi persyaratan.Berasal dari pohon aren yang pertumbuhannya sehat, berdaun lebat.Buah aren masak benar (warna kuning kecoklatan dan daging buah lunak).Buah berukuran besar (diameter minimal 4 cm)Kulit buah halus (tidak diserang penyaklit).Keluarkan biji aren buah yang telah dikumpulkan dengan membelahnya.Memilih biji-bijian aren yang memenuhi syarat :Ukuran biji relative besarBerwarna hitam kecoklat0coklatanPermukaan halus (tidak keriput)Biji dalam keadaan sehat/tidak berpenyakit.Yang perlu diperhatikan dalam pengumpulan biji adalah bahwa buah aren terkandung asam oksalat yang apabila mengenai kulit kita akan menimbulkan rasa sangat gatal. Oleh Karen itu perlu perlu dilakukan pencegahan antara lain dengan cara :Memakai sarung tangan apabila kita sedang mengambil biji dari buahnya.Hindari agar tangan kita tidak menyentuh bagian tubuh lain, ketika mengeluarkan biji-biji aren tersebut dari buahnya.Cara lain untuk mencegah agar tidak terkena getah aren ketika kita sedanga mengeluarkan bijinya dari buah yaitu dengan memeram terlebih dahulu buah-buah aren yang sudah tua sampai membusuk. Pemeraman dapat dilakukan dengan memasukan buah aren de dalam kotak kayu dan ditutup dengan karung goni yang selalu dibasahi. Setelah ± 10 hari, buah aren menjadi busuk yang akan memudahkan pengambilan biji-bijian.

B. Pembibitan

Pengadaan bibit dapat dilakukan dengan dua cara yaitu bibit dari permudaan alam dan bibit dari hasil persemaian biji.



a. Pengadaan bibit dari permudaan alam/anakan liar.

Proses pembibitan secara alami dibantu oleh binatang yaitu musang. Binatang tersebut memakan buah-buahan aren dan bijinya dan bijinya keluar secara utuh dari perutnya bersama kotoran. Bibit tumbuh tersebar secara tidak teratur dan berkelompok. Untuk menanamnya dilapangan, dapat dilakukan dengan mencabut secara putaran (bibit diambil bersama-sama dengan tanahnya).

Pemindahan bibit ini dapat langsung segera ditanam di lapangan atau melalui proses penyapihan dengan memasukan anakan dke dalam kantong plastic (polybag) selama 2-4 minggu.

b. Pengadaan bibit melalui persemaian

Untuk mendapatkan bibit dalam jumlah yang besar dengan kualitas yang baik, dilakukan melalui pengadaan bibit dengan persemaian.

Proses penyemaian biji aren berlangsung agak lama. Untuk mempercepatnya dapat dilakukan upaya perlakuan biji sebelum disemai yaitu :

Merendam biji dalam larutan HCL dengan kepekatan 95 % dalam waktu 15 – 25 menit.Meredam biji dalam air panas bersuhu 50º selama 3 menit.Mengikir biji pada bagian dekat embrio.

Media penyemaian dapat dibuat dengan kantong plastic ukuran 20 x 25 cm yang diisi dengan kompos, pasir dan tanah 3 : 1 : 1 dan lubangi secukupnya pada bagian bawahnya sebagai saluran drainase. Biji-biji yang telah diperlakukan tersebut dimasukan kedalam kantong plastic tersebut sedalam sekitar ¾ bagian biji di bawah permukaan tanah dengan lembaga menghadap ke bawah dengan posisi agak miring.

Untuk mencapai bibit siap tanam di lapangan (ukuran = 40 cm) diperlukan waktu persemaian 12 – 15 bulan.

Pemeliharaan bibit di persemaian dilakukan dengan cara :

Penyiraman 2 kali sehari, pagi jam 08.00 – 09.00 dan sore hari jam 15.00 – 16.00Penyiangan persemaian yaitu menghilangkan rumput-rumput pengganggu.Pemberantasan hama dan penyakit, apabila ada gejala serangan hama dan penyakit.

C. Penanaman

Teknik penanaman aren dapat dilakukan dengan sistim monokultur atau dengan sistim agroforestri/tumpangsari. Dengan sistim monokultur terlebih dahulu dilakukan pembersihan lapangan dari vegetasi yang ada (land clearing) dan pengolahan tanah dengan pembajakan atau pencangkulan serta pembuatan lubang tanaman.



Pembuatan lubang tanaman dengan ukuran 30 x 30 x 30 cm dan jarak antar lubang (jarak tanam) 5 x 5 m atau 9 x 9 m. untuk mempercepat pertumbuhan pada lubang tanaman diberi tanah yang telah dicampur dengan pupuk kandang, urea, TSP, sekitar 3 – 5 hari setelah lubang tanaman disiapkan, baru dilakukan penanaman. Bibit yang baru ditanam, sebaiknya diberi naungan atau peneduh.

Sistim agroforestri/tumpangsari, ini dapat dilakukan dengan menamai bagian lahan yang terbuka yaitu diantara kedua tanaman pokok dengan tanaman penutup tanah seperti leguminose atau tanaman palawija

D. Pemeliharaan Tanaman

Agar budidaya aren dapat berhasil dengan baik diperlukan pemeliharaan tanaman yang cukup. Pemeliharaan tanaman aren meliputi :



a. Pengendalian Hama Penyakit

Hama dan penyakit pohon aren belum terlalu banyak di ketahui. Namun sebagai langkah pencegahan dapat didekat dengan mengetahui hama dan penyakit yang biasa menyerang jenis palmae yang lain seperti kelapa, kelapa sawit dan sagu.

Hama pada tanaman jenis Palmae antara lain berupa kumbang badak (Oryctes thinoceros), kumbang sagu (Rhinochophorus ferrugineus(, belalang (Sexava spp). Hama lain untuk pohon aren ini adalah pengisap nira dan bunga seperti lebah, kelelawar dan musang. Pengendalian hama dapat dilakukan dengan cara :

Mekanis, yaitu pohon-pohon aren yang mendapat serangan hama ditebang dan dibakar.Kimiawi, yaitu dengan penyemprotan pestisida tertentu seperti Heptachlor 10 gram, Diazonin 10 gram dan BHC.

Jenis penyakit yang sering menyerang pohon aren di persemaian adalah bercak dan kuning pada daun yang disebabkan oleh Pestalotia sp., Helmiathosporus sp. penanggulangan penyakit ini dapat dilakukan dengan fungisida seperti Dithane N-45, Delsene NX 200.

b. Penanggulangan tanaman pengganggu (gulma)

Tanaman pengganggu (gulma) pada tanaman aren sangat mengganggu pertumbuhannya. Oleh karena itu, pengendalian gulma harus dilakukan.

Gulma pada tanaman/pohon aren umumnya terdapat di dua tempat yaitu pada bagian batang (seperti benalu dan kadaka) dan pada tanah di sekitar pangkal teratur yaitu 4 kali setahun sampai tanamanberumur 3-4 tahun. Teknis pemberantasannya dilakukan dengan cara mekanis yaitu dengan menghilangkan tanaman pengganggu tersebut dari pohon aren.

c. Pemupukan

Pemupukan dilakukan untuk merangsang pertumbuhan pertumbuhan agar lebih cepat. Pemupukan dilakukan pada tanaman berumur 1 -3 tahun dengan memberikan seperti pupuk urea, NPK, pupuk kandang dan KCL yang ditaburkan pada sekeliling batang pohon aren yang telah digemburkan tanahnya.

IV. Pemungutan Hasil

A. Jenis Hasil

Seperti telah diuraikan di muka, hamper semua bagian dari pohon aren dapat dimanfaatkan atau menghasilkan produk yang mempunyai nilai ekonomi.

Jenis produk yang dihasilkan dari pohon aren yaitu sebagai berikut :

Ijuk sebagai bahan baku pembuatan peralatan keperluan rumah tangga.Nira sebagai bahan baku gula merah, tuak, dan cuka.Kolang-kaling yang dihasilkan dari buah pohon aren.Tepung aren sebagai bahan baku pembuatan sabun, mie, dawet (cendol).Batang pohon sebagai bahan bangunan dan peralatan rumah tangga.

B. Pemungutan Hasil

Ijuk

Ijuk dihasilkan dari pohon aren yang telah berumur lebih dari 5 tahun sampai dengan tongkol-tongkol bunganya keluar. Pohon yang masih muda produksi ijuknya kecil. Demikian pula, pohon yang mulai berbunga kualitas dan hasil ijuknya tidak baik.

Pemungutan ijuk dapat dilakukan dengan memotong pangkal pelepah-pelapah daun, kemudian ijuk yang bentuknya berupa lempengan anyaman ijuk itu lepas dengan menggunakan parang dari tempat ijuk itumenempel.

Lempenganlempengan anyaman ijuk yang baru dilepas dari pohon aren, masih mengandung lidi-lidi ijuk. Lidi-lidi ijuk dapat dipisahkan dari serat-serat ijuk dengan menggunakan tangan. Untuk membersihkan serat ijuk dari berbagai kotoran dan ukuran serat ijuk yang besar, digunakan sisir kawat. Ijuk yang sudah dibersihkan dapat dipergunakan untuk membuat tambang ijuk, sapu ijuk, atap ijuk dll.

Nira

Nira aren dihasilkan dari penyadapan tongkol (tandan) bunga, baik bunga jantan maupun bunga betina. Akan tetapi biasanya, tandan bunga jantan yang dapat menghasilkan nira dengan kualitas baik dan jumlah yang banyak. Oleh karena itu, biasanya penyadapan nira hanya dilakukan pada tandan bunga jantan.

Sebelum penyadapan dimulai, dilakukan persiapan penyadapan yaitu :

Memilih bunga jantan yang siap disadap, yaitu bunga jantan yang tepung sarinya sudah banyak yang jatuh di tanah. Hal ini dapat dilihat jika disebelah batang pohon aren, permukaan tanah tampak berwarna kuning tertutup oleh tepungsari yang jatuh.Pembersihan tongkol (tandan) bunga dan memukul-mukul serta mengayun-ayunkannya agar dapat memperlancar keluarnya nira.

Pemukulan dan pengayunan dilakukan berulang-ulang selama tiga minggu dengan selang dua hari pada pagi dan sore dengan jumlah pukulan kurang lebih 250 kali.

Untuk mengetahui, apakah bunga jantan yang sudah dipukul-pukul dan diayun-ayun tersebut sudah atau belum menghasilkan nira, dilakukan dengan cara menorah (dilukai) tongkol (tandan) bunga tersebut. Apabila torehan tersebut mengeluarkan nira maka bunga jantan sudah siap disadap.

Penyadapan dilakukan dengan memotong tongkol (tandan) bunga pada bagian yang ditoreh. Kemudian pada potongan tongkol dipasang bumbung bamboo sebagai penampung nira yang keluar.

Penyadapan nira dilakukan 2 kali sehari (dalam 24 jam) pagi dan sore. Pada setiap penggantian bumbung bamboo dilakukan pembaharuan irisan potongan dengan maksud agar saluran/pembuluh kapiler terbuka, sehingga nira dapat keluar dengan lancer.

Setiap tongkol (tandan) bunga jantan dapat dilakukan penyadapan selama 3 – 4 bulan sampai tandan mongering. Hasil dari air aren dapat diolah menjadi gula aren, tuak, cuka dan minuman segar.

Tepung aren

Tepung aren dapat dihasilkan dengan memanfaatkan batang pohon aren dengan proses sebagai berikut :

Memiliki batang pohon aren yang banyak mengandung pati/tepungnya dengan cara :Umur pohon relative muda (15 – 25 tahun)Menancapkan kampak atau pahat ke dalam batang sedalam 10 – 12 cm pada dari ketinggian 1,5 m dari permukaan tanah.Periksa ujung kampak atau pahat tersebut apakah terdapat tepung/pati yang menempel.Apabila terdapat tepung/pati, tebang pohon aren tersebut.Potong batang pohon yang sudah ditebang menjadi beberapa bagian sepanjang 1,5 – 2,0 m.Belah dan pisahkan kulit luar dari batang dengan empelurnya.Empelur diparut atau ditumbuk, kemudian dicampur dengan air bersih (diekstraksi).Hasil ekstraksi diendapkan semalaman (±12 jam) dilakukan pemisahan air dengan endapannya. Lakukan pencucian kembali dengan air bersih dan diendapkan lagi, sampai menghasilkan endapan yang bersihHasil endapan dijemur sampai kering.

Tepung aren dapat dipergunakan sebagai bahan baku seperti mie, soun, cendol, dan campuran bahan perekat kayu lapis.

Kolang Kaling

Kolang kaling dapat diperoleh dari inti biji buah aren yang setengah masak. Tiap buah aren mengandung tiga biji buah. Buah aren yang setengah masak, kulit biji buahnya tipis, lembek dan berwarna kuning inti biji (endosperm) berwarna putih agak bening dan lembek, endosperm inilah yang diolah menjadi kolang-kaling.

Adapun cara untuk membuat kolang-kaling :

Membakar buah aren dengan tujuan agar kulit luar dari biji dan lender yang menyebabkan rasa gatal pada kulit dapat dihilangkan. Biji-biji yang hangus, dibersihkan dengan air sampai dihasilkan inti biji yang bersih.Merebus buah aren dalam belanga/kuali sampai mendidih selam 1-2 jam. Dengan merebus buah aren ini, kulit biji menjadi lembek dan memudahkan untuk melepas/memisahkan dengan inti biji. Inti biji ini dicuci berulang-ulang sehingga menghasilkan kolang-kaling yang bersih.

Untuk menghasilkan kolang-kaling yang baik )bersih dan kenyal) inti biji yang sudah dicuci diendapkan dalam air kapur selama 2 – 3 hari. Setelah direndam dlam air kapur, maka kolang-kaling yang terapung inilah yang siao untuk dipasarkan.

Sumber:http://disbun.jabarprov.go.id/data/arsip/Budidaya%20Tan.%20Aren.doc.